Selasa, 15 Februari 2011

Mengenal Kehidupan dan Kebudayaan Suku Asmat

Oleh: AnneAhira.com Content Team


Di Indonesia bagian Timur, tepatnya di Papua, ada sebuah suku yang hasil ukirannya sangat unik dan terkenal di bagian Indonesia lainnya, termasuk bagian bumi di luar Indonesia. Suku yang dimaksud ialah Suku Asmat.

Jumlah populasi Suku Asmat yang berkisar 70.000 orang terbagi dalam dua populasi besar, yaitu mereka yang tinggal di pedalaman dan mereka yang tinggal di pesisir pantai. Cara hidup, ritual, kebiasaan, sistem sosial, dan dialek bahasa kedua populasi ini sangat berbeda. Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir pantai dibagi menjadi Suku Bisman dan Suku Simai.



Kehidupan Sosial dan Ekonomi Suku Asmat

Satu kampung diisi sekitar 35 jiwa sampai 2000 jiwa. Mereka tinggal di Rumah Bujang dan rumah keluarga. Rumah Bujang biasa dipakai untuk kegiatan upacara adat atau upacara keagamaan. Adapun, rumah keluarga dihuni oleh beberapa keluarga dan digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Sebelum mengenal bercocok tanam, Suku Asmat berburu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hewan yang sering diburu adalah babi hutan. Mereka juga mengumpulkan makanan dengan cara mengambil tepung dari pohon sagu serta memancing.

Mereka mulai mengenal bercocok tanam ketika bersentuhan dengan orang-orang di luar sukunya. Mereka mulai menanam sayur-sayuran dan kacang-kacangan serta mereka juga mulai beternak. Alasan lain mereka mulai bercocok tanam dan beternak adalah keadaan hutan yang sudah banyak berubah sehingga mengganggu persediaan makanan atau hewan buruan mereka.

Karena sering kontak dengan masyarakat dari luar, Suku Asmat mulai mengenal uang, nasi, dan ikan. Mereka mulai menggunakan pakaian dari kain layaknya orang dari luar Papua. Mereka juga sudah meninggalkan kanibalisme, yakni cara hidup yang mengkonsumsi sesama jenis (manusia). Orang yang mereka anggap musuh akan dibunuh dan bagian-bagian tubuhnya dikonsumsi bersama.



Kebudayaan Suku Asmat

Ukiran patung Suku Asmat berkaitan dengan kepercayaan mereka. Ukiran merupakan penghubung mereka yang saat ini masih hidup dengan leluhur. Mereka mempresentasikan roh-roh para leluhur ke dalam ukiran-ukiran di tiang kayu, tameng, atau perahu. Patung yang terkenal dan dianggap paling sakral adalah patung bis (bioskokombi).

Kini, pembuatan patung dan ukiran lainnya bagi Suku Asmat bukan hanya bernilai sakral, tetapi bernilai ekonomis juga. Patung ini banyak diminati oleh para kolektor, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.

Selain ukiran, Suku Asmat mempunyai kebiasaan merias wajah dan tubuhnya dengan berbagai warna. Warna-warna yang dipakai biasanya warna-warna alami karena bahannya pun dari alam. Misalnya, untuk warna merah diambil dari tanah merah, untuk warna hitam diambil dari arang kayu, dan untuk warna putih diambil dari kulit kerang yang dihaluskan.

Sumber :
http://www.anneahira.com/kebudayaan-suku-asmat.htm

Sumber Gambar:
http://budparpapua.com/images/asmat2.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar