Selasa, 15 Februari 2011
Mutiara Hijau dari Boven Digul
DARI udara, tak ada yang menyangka kalau di sebelah selatan Tanah Papua, tepatnya di Kabupaten Boven Digul menyimpan segudang potensi alam yang menjadi andalan masa depan bangsa Indonesia dan Provinsi Papua. Potensi itulah yang akan menyejahterakan masyarakat.
Potensi itu sebetulnya tak berbeda dengan potensi yang dimiliki hampir sebagian besar wilayah kabupaten/kota lainnya di Papua. Di antaranya letak wilayah yang sangat strategis di atas alur kandungan logam mulia. Beredar cerita dari mulut ke mulut kandungan logam mulia yang terbenam itu mulai muncul ke permukaan tanah. Hanya saja, sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah untuk mengetahui jumlah kandungan deposit yang tersembunyi di sana.
Selain emas, diperkirakan ada pula nikel, bijih besi, dan batu bara yang terpendam di wilayah kabupaten itu. Di Distrik Mandobo, misalnya, terdapat biji besi dan juga nikel. Bahkan di Distrik Bomakia, batu bara dimanfaatkan penduduk setempat sebagai obat nyamuk dan bahan bakar. Warga terbiasa membuat api dengan menggesek-gesekkan batu, dan terlihat percikan apinya, batu dibiarkan saja mengeluarkan asap.
Cara itu masih dimanfaatkan suku-suku setempat, seperti suku Wambon, Koroway, dan Kombai, yang masih tinggal di atas pohon. Kendati diperkirakan memiliki potensi kandungan tambang yang luar biasa, namun belum ada penelitian mendalam tentang hal itu.
Kenyataan itu sangat memungkinkan, karena kabupaten itu baru saja terbentuk setelah dimekarkan dari kabupaten induk, Merauke, pada 2002 melalui UU No 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan 14 Kabupaten Baru di Papua. Pemanfaatan tanah di antaranya untuk sektor perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan, seperti karet, kopi, cokelat, vanili, dan jambu mete.
Tampaknya, sektor itu dapat menjadi sumber penghidupan bagi penduduk dan masyarakat setempat. Komoditas unggulan itu dikembangkan di hampir semua distrik dengan komoditas berbeda-beda. Tanaman cokelat dikembangkan di Distrik Mindiptana, jambu mete di Distrik Mandobo, Distrik Mindiptana, Distrik Waropko, kopi dikembangkan di Distrik Jair, Distrik Mindiptana, Distrik Waropko, dan Distrik Kouh. Vanili dikembangkan di Distrik Waropko karena secara umum wilayah Boven Digul memiliki topografi berbukit-bukit, yang cocok untuk kopi.
Potensi Hutan
Selain memiliki potensi lahan, sesungguhnya Kabupaten Boven Digul juga menyimpan potensi hutan yang luas. Hanya saja potensi itu sebagian telah dimanfaatkan perusahaan patungan Korea-Indonesia yang beroperasi di sana, yakni PT Korindo.
Potensi kayu itu tersebar di tiga wilayah distrik, masing-masing Distrik Jair, Waropko, dan Distrik Mandobo, dengan lahan yang cukup luas. Namun, saat ini lahan yang penuh kayu itu telah dieksploitasi untuk bahan baku perusahaan kayu lapis itu.
Ketika hutan, sumber bahan baku mulai menyempit, perusahaan melirik usaha lain, yakni budi daya kelapa sawit. Perusahaan itu menanami lahan sekitar 250 hektare di bagian selatan Distrik Jair. Panenan sawit diolah di tempat itu juga menjadi minyak sawit mentah dengan kapasitas produksi sekitar 10 ton per hari kemudian dikirim melewati muara Sungai Digul.
Memang diakui, kehadiran perusahaan itu membuat perekonomian di Distrik Jair lebih bergairah dibandingkan dengan ibu kota Boven Digul, Tanah Merah. Pekerja mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok yang didatangkan lewat pengiriman produk PT Korindo.
Barang-barang yang dibutuhkan warga dikirim melalui hilir Sungai Digul menuju utara sesuai dengan jalur pengiriman perusahaan. Dampak lain, harga barang-barang kebutuhan pokok di Distrik Jair umumnya sedikit lebih murah daripada harga di Kabupaten Merauke, maupun Tanah Merah, ibu kota Kabupaten Boven Digul.
Untuk menangkap peluang pasar atas komoditas perkebunan, Pemerintah Kabupaten Boven Digoel, kata Bupati Yusak Yaluwo, SH, Msi, menyiasatinya dengan membangun koperasi berbasis kerakyatan. Koperasi itu dimaksudkan sebagai upaya menunjang sektor perkebunan sebagai penyangga utama perekonomian kabupaten yang ditopang dengan keberadaan Sungai Digul. Nantinya semua hasil perkebunan masyarakat akan dibeli koperasi tersebut dan pemerintah, yang kemudian menyuplai kepada sejumlah perusahaan yang telah bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Boven Digul.
Bupati menambahkan, hak tersebut ditempuh pihaknya agar arus perputaran uang di kabupaten itu terkontrol, supaya akses pembangunan dan perputaran roda pembangunan dapat berjalan baik, sehingga sektor-sektor lain pun berkembang pula.
Perkebunan Rakyat
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Boven Digul akan menghidupkan kembali perkebunan karet setelah ditinggal penduduk akibat sulitnya pemasaran. Tak heran jika saat ini hanya ada sedikit pohon karet di kebun-kebun penduduk. Pada akhir 2001, lahan yang ditanami karet 1.531 hektare. Pemerintah kabupaten dapat menyediakan modal berupa penyediaan dana untuk pembentukan koperasi petani karet yang akan membantu permodalan.
Jika usaha karet dibangun kembali, peluang pasar di Papuan Nugini, di seberang Kecamatan Mindiptana dapat dimanfaatkan, karena di daerah tetangga tersebut, sadapan karet dibutuhkan untuk pembuatan peredam kereta listrik.
Sementara, bagi pasar dalam negeri, Pemerintah Kabupaten Boven Digoel dapat menjadi penyedia bahan baku karet untuk kebutuhan perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya di pulau lain. Dengan demikian hasil komoditas perkebunan itu dapat menjadi sumber penghidupan penduduk setempat dan mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Boven Digul. (GAB/A-18)
Sumber :
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/05/index.html, dalam :
http://www.opensubscriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/3505061.html
Sumber Gambar:
http://cafeinbuti.blogspot.com/2008/12/hujan-memperparah-akses-merauke-boven.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar